makalah gerakan wahabi , dari ozzy
MAKALAH
AGAMA
GERAKAN
WAHABI
DOSEN :Arsyadani mishbahuddin,
M.Pd.I
NAMA KELOMPOK :
Ozzy
Rahma Fitri ( A1L015005 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gerakan Wahabi dimotori oleh para
juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian, permusuhan
dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan
Islam yang tak sepaham dengan mereka dengan tuduhan kafir, musyrik dan ahli
bid’ah! Itulah tuduhan yang selalu disebar-luaskan pada setiap kesempatan,
melalui radio, majallah, bulletin Jum’at dan bahkan TV – TV milik mereka.
Mereka mengatakan ajaran para wali
itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah
meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu
meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang
kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan
mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT.
Oleh karena itu janganlah dipercaya
kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf
apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong
kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan
membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz
(yang sekarang dinamakan Saudi)
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Sejarah Gerakan Wahabi?
3.
siapa saja
pendiri Wahabi?
4.
Bagaimana Perkembangan Ajaran WahabiI Di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Wahabiah
Wahabisme adalah
paham Wahabi atau
sering juga dilafalkan dengan Wahabi. Istilah yang terakhir ini berasal dari kata Wahabiyah atau Wahabiyun atau
juga Wahhabiyyun (dengan dua huruf y) yang masing-masing bermakna
sama.
Istilah tersebut adalah bentuk
penisbatan atau penyandaran yang dikenal dalam bahasa Arab. Penisbatan yang
dimaksud dapat menunjukkan arti keberasalan sesuatu secara geneologis atau geografis
dan dalam keadaan-keadaan tertentu dapat juga menunjukkan arti kepengikutan
secara personal atau komunal.
Asal istilah Wahabiyah atau Wahabiyun adalah
kata wahhab.
Kata ini adalah salah satu bentuk perubahan kata kerja bahasa Arab, yakni wahaba-yahabu yang
berarti memberikan atau menghibahkan. Bentuk perubahan kata yang menunjukkan
arti subjek dari kata-kerja ini adalah wahib yang berarti pemberi atau yang memberi.
Dalam morfologi bahasa Arab, bentuk
subjek wahib ini
dapat diubah lagi ke dalam bentuk mubalaghoh. Adapun bentuk yang
dimaksud, adalah satu bentuk perubahan subjek yang mengandung sekaligus juga
menyatakan sifat melebih-lebihkan dan juga sifat kontinyu pada diri subjek
tersebut, yakni wahhab yang
berarti pemberi yang sering atau banyak memberi.
Pemberi), yaitu salah satu dari
nama-nama Allah yang paling baik (Asmaa'ul
Husnaa).
Suatu kali, Rasulullah Shalallaahu
Alaihi Wasalam berkata kepada anak pamannya, Abdullah bin Abbas:
"yang artinya : Jika engkau
memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan mintalah
pertolongan kepada Allah." [Hadits Riwayat At-Tirmidzi, ia berkata Hasan
Shahih)
Para ahli bid'ah menentang keras
dakwah tauhid yang dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Ini tidak
mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid telah ada sejak zaman Rasulullah
Shalallaahu Alaihi Wasallam . Bahkan mereka merasa heran terhadap dakwah kepada
tauhid. Allah berfirman:
"Artinya : Mengapa ia
menjadikan tuhan-tuhan itu tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu hal yang sangat mengherankan." [Shaad : 5]
Musuh-musuh syaikh memulai perbuatan
kejinya dengan memerangi dan menyebarluaskan berita-berita bohong tentangnya.
Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya dengan maksud agar dakwahnya
terputus dan tak berkelanjutan. Tetapi Allah Subhannahu wa Ta'ala menjaganya
dan memberinya penolong, sehingga dakwah tauhid terbesar luas di Hejaz, dan di
negara-negara Islam lainnya.
Meskipun demikian, hingga saat ini,
masih ada pula sebagian manusia yang menyebarluaskan berita-berita bohong.
Misalnya mereka mengatakan, dia (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) adalah
pembuat madzhab yang kelima, padahal dia adalah seorang penganut madzhab
Hambali. Sebagian mereka mengatakan, orang-orang Wahabi tidak mencintai
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wasalam serta tidak bershalawat atasnya. Mereka
anti bacaan shalawat.
bahwa akidah tauhid akan menyatukan
umat Islam dalam melawan mereka.
Selanjutnya mereka mengomando kepada
kaum Murtaziqah agar mencemarkan nama baik dakwah kepada tauhid. Maka mereka
pun menuduh setiap muwahhid yang
menyeru kepada tauhid dengan kata Wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai
padanan dari tukang bid'ah, sehingga memalingkan umat Islam dari akidah tauhid
yang menyeru agar umat manusia berdo'a hanya semata-mata kepada Allah.
Orang-orang bodoh itu tidak mengetahui bahwa kata Wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhaab (yang Maha Pemberi), yaitu
salah satu dari nama-nama Allah yang paling baik (Asma'ul Husna) yang memberikan kepadanya tauhid dan menjanjikannya
masuk Surga.[1][3]
2.2 Sejarah
Paham Wahabi
Wahabiyah muncul di gurun Arab
sebagai reaksi terhadap sikap pengkultusan dalam mencari keberkatan dari
orang-orang tertentu serta mendekatkan diri kepada Allah melalui ziarah
ke kuburan mereka, disamping terhadap bid’ah yang telah mendominasi berbagai
tempat ke agamaan dan aktifitas duniawi. Wahabiah datang guna melawan semua
penyimpangan ini dan menghidupkan kembali mazhab Ibnu Taimiyah, yang didirikan
oleh Muhammad bin Abdul Wahab (w. 1787 M.).[2][4]
Sebenarnya menamakan gerakan ini “wahabiah” adalah salah, karena
pembangunnya bernama Muhammad, bukan Abdul Wahab. Tersebut dalam kamus Munjib
Pagina 568 bagian Adab, yang artinya: “Wahabiah adalah suatu bahagian dari Firqah Islamiah, dibangun oleh Muhammad
bin Abdul Wahab (1702-1787 M.). lawanya menamainya Wahabiah tapi pengikutnya menamakan dirinya “Al Muwah-hidun” dan thariqat mereka dinamainya Al Muhammadiyah”. Dalam firqah mereka
berpegang kepada madzhab Hanbali, disesuaikan dengan tafsir Ibnu Taimiyah”.
Demikian tersebut dalam Munjib.[3][5]
Keterangan kamus Munjib ini tidak
semua benar. Ulama-ulama Wahabi tidak marah kalau di panggil dengan kalimat “Wahabi”, dan bahkan ada sebuah buku
yang di karang oleh mereka, berjudul “Al
Hijatussaniyah Wat Tahfatul Wahabiah an Nijdiyah”, di cetak oleh percetakan
“Ummulqura” di Makkah tahun 1344 H.
Saudara dari Muhammad bin Abdul
Wahab ini bernama Sulaiman bin Abdul Wahab Tuhan untuk menolak paham Wahabi.
Dari judul buku ini saja jelaslah bahwa pada masa hidup Muhammad bin Abdul
Wahab nama “wahabiah” sudah ada juga.
Seorang ulama besar Mufti Syafi’I di
Makkah, Syeikh Sayid Ahmad Zaini Dahlan (wafat 1304 H) menulis sebuah buku
untuk menolak paham Wahabi dengan judul “Ad
Dararus Saniyah Firradi Alal Wahabiyah” (Permata Yang Bertahta Untuk Menolak Paham Wahabi). Teranglah bahwa nama “Wahabi” itu sudah lama adanya.
Dari keterangan “Munjid” tadi
ternyata bahwa paham Wahabi itu adalah penerus paham Ibnu Taimiyah dan bahkan
lebih fanatik dan lebih radikal dari Ibnu Taimiyah.[4][6]
Guru-guru Muhammad bin Abdul Wahab
semua termaksud ayahnya dan kakaknya adalah ulama-ulama Ahlussunnah Wal Jamaah.
Menurut ustad Hasan Khazbyk dalam suatu karangannya mengatakan bahwa Muhammad
bin Abdul Wahab pada ketika muda nya banyak membaca buku-buku karangan Ibnu
Taimiyah dan lain-lain pemuka yang tersesat.[5][7]
2.3 Biografi
Muhammad bin Abdul Wahab
Nama Lengkapnya Muhammad bin Abdul Wahhab
adalah Syeikh Al-Islam Al-Imam Muhammad bin `Abdul Wahab bin Sulaiman bin
Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin
Al-Masyarif At-Tamimi Al-Hambali An-Najdi.
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab dilahirkan pada tahun
1115 H (1701 M) di kampung `Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat
laut kota Riyadh, ibukota Arab, Saudi sekarang.
Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal 1206 H (1793 M)
dalam usia 92 tahun, setelah mengabdikan diri selama lebih 46 tahun dalam
memangku jabatan sebagai menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi.
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab berkembang dan
dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah ketua
jabatan agama setempat. Sedangkan kakeknya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana
masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan
agama. Oleh karena itu, kita tidaklah di heran apabila kelak beliau juga
menjadi seorang ulama besar seperti keluarganya.
Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab sejak masih kanak-kanak telah di didik dan
ditempa jiwanya dengan Pendidikan Agama, yang diajar sendiri oleh ayahnya,
Syeikh Abdul Wahhab.
Sejak kecil lagi Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab sudah
kelihatan tanda-tanda kecerdasannya. Beliau tidak suka membuang masa
dengan sia-sia seperti kebiasaan tingkah laku kebanyakan kanak-kanak lain
yang sebaya dengannya.
Berkat bimbingan kedua ibu-bapaknya, ditambah dengan
kecerdasan otak dan kerajinannya, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab telah
berhasil menghafal Al- Quran 30
Juz sebelum berusia sepuluh tahun.
Setelah beliau belajar pada orantua nya tentang
beberapa bidang pengajian dasar yang meliputi bahasa dan agama, beliau
diserahkan oleh ibu bapaknya kepada para ulama setempat sebelum dikirim
oleh ibu bapaknya ke luar daerah.
Tentang ketajaman fikirannya, saudaranya Sulaiman bin
Abdul Wahab bercerita:
"Bahwa ayah mereka, Syeikh Abdul Wahab merasa
sangat kagum atas kecerdasan Muhammad, padahal ia masih di bawah umur.
Beliau berkata: `Sungguh aku telah banyak mengambil manfaat dari ilmu
pengetahuan anak ku Muhammad, terutama di bidang Ilmu Fiqh."
Syeikh
Muhammad mempunyai daya kecerdasan dan ingatan yang kuat, sehingga apa
saja yang di pelajari nya dapat difahami nya dengan cepat sekali, kemudian
apa yang telah dihafal nya tidak mudah pula hilang dalam ingatannya.
2.4
Pokok-Pokok Pikiran Kaum Wahabi
Ajaran Wahabi terutama didasarkan atas ajaran lbnu Taimiyah
dan madzhab Hambali. Prinsip-prinsip dasarnya ialah:
·
Ketuhanan Yang Esa yg mutlak .
·
Kembali pada ajaran Islam yang sejati seperti termaktub dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
·
Tidak dapat dipisahkannya kepercayaan dari tindakan seperti sembahyang dan
pemberian amal.
·
Percaya bahwa Al-Qur’an itu bukan ciptaan anusia.
·
Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur’an dan Hadits.
·
Percaya akan takdir.
·
Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar dan.
·
Mendirikan negara Islam berdasarkan hukum Islam secara eksklusif.
Kaum Wahhabi itu menonjol di
atas Muslim lain karena penekanannya pada prinsip Ketuhanan Yang Esa
dan karena usaha mereka yang selalu mengingatkan Muslimin untuk berbuat baik
dan menghindari kejahatan amar ma’ruf
nahi munkar.
Teologinya berdasarkan ajaran lbnu
Taimiyah yang menyerang pemujaan orang-orang suci dan mengutuk kunjungan pada
makam. Tujuan Abdu al Wahhab itu ialah untuk menyingkirkan Bid’ah.
Masyarakat mengakui kekuasaan empat ajaran
“Sunni” dan “Fiqh” dan enam buah buku Hadis. Kaum Wahabi menentang pemujaan
terhadap orang-orang suci. Mereka menganggap bahwa segala obyek pemujaan
kecuali terhadap Allah adalah palsu. Menurut mereka mencari bantuan dari siapa
saja kecuali dari Allah ialah politeisme
(kepercayaan atau pemujaan kepada lebihdari satu tuhan).
Masjid-masjid Wahabi dibangun secara
sangat sederhana tanpa hiasan apa pun. Mereka menghancurkan
batu-batu nisan dan kuburan bahkan juga di JannatuI Baqi untuk
menjaga jangan sampai menjadi benda pujaan orang-orang sesat atau orang-orang
Islam yang bebal.
2.5 I’tiqat Kaum Wahabi yang Bertentangan dengan Ahlussunnah wal
Jama’ah
Ada beberapa pokok pemikiran kaum
Wahabiah yang sangat bertolak belakang dengan kaum Ahlussunnah Wal Jamaah yang
akan di jelaskan lebih lanjut di dalam makalah ini, diantara beberapa pemikiran
itu diantaranya adalah:
1. Berdoa
dengan bertawassul syirik
Ulama-ulama Wahabi selalu
memamfaatkan bahwa berdoa dengan tawassul adalah syirik serta haram. Hal ini
tidak heran karena paham Wahabi itu adalah penerus yang fanatik dari fatwa
fatwa Ibnu Taimiyah.
2.
Istighatsah Syirik
Dalam sebuah karangan ulama Wahabi “At Hidayatus Saniyah Wat Tahfatul
Wahabiyah”, pada Pagina 66 yaitu:
“Barang siapa menjadikan Malaikat,
Nabi-Nabi, Ibnu Abbas, Ibnu Abithalib atau Mahjub perantara antara mereka
dengan Allah, karena mereka dekat pada Allah, seperti yang diperbuat banyak
orang di depan raja-raja, maka orang itu kafir, musrik, halal darah nya dan
hartanya, walaupun ia mengucapkan Dua Kalimat Syahadat,walaupun ia sembahyang,
puasa, dan mendakwahkan diri nya muslim”.[6][8]
Menurut buku Wahabi ini sudah
jelaslah bahwa kaum Wahabi mengkafirkan sekalian orang islam yang sudah membaca
syahadat bila orang Islam tersebut
menjadikan Malaikat, Nabi dan sebagainya sebagai perantara mereka dengan Allah.
3. Bepergian
Ziarah Kubur Haram
Suatu ciri khusus dari paham Wahabi
adalah mengharamkan pergi ziarah kubur. Kalau dilakukan perjalanan ini di
anggap maksiat yang wajib dilarang.
Sedangkan kaum Ahlissunnah wal
Jamaah memfatwakan bahwa perjalanan ke madinah untuk menziarahi makam Nabi
adalah perjalanan yang di tuntut syariat Islam, sunnat-muakkad yang baik sekali untuk di laksanakan.
Kaum Wahabi selanjutnya mengatakan
bahwa tidak boleh menqasar atau menjamak sholat dalam perjalanan untuk
ziarah karena perbuatan itu adalah perjalanan maksiat.
4. Qubbah
diatas kubur haram
Sejalan dengan fatwa tidak boleh
menziarahi kubur, kaum Wahabi berpendapat bahwa membuat qubbah di atas makam perkuburan adalah haram dan karena itu harus
maka semua kubbah harus diruntuhi.
5. Merokok
haram dan syirik
Bagi kaum Ahlussunnah wal Jamaah
merokok itu boleh saja, hanya kalau membuat mudharat bagi tubuh barulah hukum
nya haram. Akan tetapi bila itu tidak membawa mudharat maka dibolehkan.
6. Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah
Kaum Wahabi melarang orang orang
mengaji sifat sifat dua puluh sedangkan hal ini dianjurkan oleh kaum
Ahlussunnah wal Jamaah. Ahlussunnah wal Jamaah menciptakan suatu pengajian
tauhid secara baru, yang tidak ada dari dulu, baik pada zaman Nabi Muhammad
atau pada zaman sahabat-sahabat beliau.
Pengajian baru itu apa yang
dinamakan oleh mereka dengan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Menurut
wahabiyah tauhid terbagi atas dua macam, yaitu:
·
Tauhid
Rububiyah, yaitu tauhid nya orang kafir, tauhidnya orang musrik yang menyembah
berhala, atau dengan kata lain “tauhidnya orang orang syirik”.
·
Tauhid
Uluhiyah, yaitu tauhid orang mukmin, tauhid nya orang islam, serupa iman dan
Islamnya kaum Wahabi.
Kaum wahabi berpijak pada ayat Al Quran pada surat Al
Mukminun ayat 84-85 yang berbunyi:
Artinya:
“katakanlah (hai muhammad): kepunyaan siapakah langit
dan bumi dan isi nya kalau kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: kepunyaan
Allah. Kata kanlah lagi kepada mereka: mengapa kamu tidak mengambil
pengertian”. (Al Mukminun: 84-85).
Jadi
mereka menyimpulkan bahwa orang yang mengakui adanya Tuhan, tetapi menyembah
selain Tuhan, ini nama nya Tauhid Rububiyah, yaitu Tauhidnya orang yang
menyekutukan Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab dilahirkan pada tahun
1115 H (1701 M) di kampung `Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat
laut kota Riyadh, ibukota Arab, Saudi sekarang.
Beliau meninggal dunia pada 29
Syawal 1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun, setelah mengabdikan diri
selama lebih 46 tahun dalam memangku jabatan sebagai menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi.
Ada beberapa pokok pemikiran kaum
Wahabiah yang sangat bertolak belakang dengan kaum Ahlussunnah Wal Jamaah,
diantara beberapa pemikiran itu diantaranya adalah:
Ø Berdoa
dengan bertawasul menurut wahabi syirik akan tetapi Ahlussunnah wal Jamaah
membolehkan hal tersebut.
Ø Istighatsah
Syirik, menurut Wahabi sedangkan Ahlussunnah membolehkan.
Ø Bepergian
Ziarah Kubur Haram, menurut Wahabi.
Ø Qubbah
diatas kubur haram, menurut Wahabiah.
Ø Merokok
haram dan syirik, menurut Wahabiah. Akan tetapi menurut Ahlussunnah haram
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Agama RI (2008) Al Q uran dan Terjemahanya penerbit diponogoro
Imam
Muhammad Abu Zahrah. Aliran politik dan
aqidah dalam islam. Logos publishing hous. Cet. I. Jakarta. 1996.
Sirajuddin
Abbas, I’tiqat Ahlussunnah Wal
Jamaah,Cet.9,Jakarta: Pustaka tarbiyah baru, 2010
Comments
Post a Comment